Admin Administrator
Nama Singkat : Admin Nama Lengkap : Administrator Banyak Pemposan : 164 Sejak : 06.06.09 Lokasi : Jakarta - Bogor Pekerjaan : TI Slogan : Sukses adalah kredit Komentar : Silahkan memposkan pesan
| Subyek: INFO: Hari-Raya Lebaran | 'Iydul Fithri 1 Syawal 1430 H = 20 September 2009 M Wed 16 Sep 2009 - 18:01 | |
| Perhitungan Lapan: Idul Fithri 20 September
Rabu, 16 September 2009 15:10 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat diminta tidak tersesat dalam membaca kalender yang menyebutkan Idul Fithri 1430 Hijriah jatuh pada Senin, 21 September, karena berdasarkan perhitungan astronomi maka Idul Fithri jatuh pada Minggu 20 September 2009.
"Selama ini, kalendernya salah menyebutkan. Yang benar Senin-Selasa 21-22 September adalah libur Idul Fithri karena Idul Fithri jatuh pada Minggu, tanggal merah," kata Peneliti Utama Astronomi-Astrofisika Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Dr. Thomas Djamaluddin yang dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Depag ini mencontohkan, hari besar Maulid Nabi yang jatuh pada Minggu kemudian hari liburnya akan digeser ke Senin keesokan harinya. Hal ini menimbulkan salah interpretasi para pembuat kalender.
Dr Thomas Djamaludin mengatakan ijtima awal Syawal terjadi pada 19 September 2009 pukul 01:45 WIB sehingga pada saat maghrib 19 September 2009, bulan cukup tinggi, lebih dari empat derajat di seluruh wilayah Indonesia, sehingga hilal (bulan) sangat mungkin untuk dirukyat (dilihat).
Dengan demikian, pada 20 September sudah memasuki bulan baru yakni bulan Syawal, dan Idul Fithri 1430 H bertepatan dengan 1 Syawal 20 September 2009.
Namun demikian masih tetap harus ada sidang itsbat para tokoh ormas Islam pada Sabtu, 19 September untuk memastikannya serta pengumuman Menteri Agama yang mensahkannya.
Sidang itsbat akan dihadiri perwakilan berbagai ormas Islam, para pakar hisab-rukyat, dan instansi terkait seperti Lapan, Observatorium Bosscha ITB, Planetarium Jakarta, BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), serta Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Menurut dia, untuk wilayah Indonesia ketinggian hilal empat sampai enam derajat menurut pengalaman akan berhasil diamati, apalagi ada 40 titik pengamatan di seluruh Indonesia, baik yang digelar oleh Depag, maupun dari ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) hingga masyarakat seperti Masjid Salman ITB.
"Dari kondisi cuaca, bulan cukup memungkinkan untuk dilihat pada saat sidang itsbat meskipun ada kemungkinan mendung dan tertutup awan," katanya.
Ditanya, jika ternyata di 40 titik seluruh Indonesia tak ada yang bisa melihat bulan, menurut Djamal, sidang itsbat akan mempertimbangkan Fatwa Majelis ulama Indonesia (MUI) tahun 1981.
Fatwa itu menyebut: saat hilal tak terlihat tapi secara perhitungan sebelumnya biasanya hilal bisa diamati, maka tetap akan dijadikan patokan awal bulan. (*)
| |
|
Admin Administrator
Nama Singkat : Admin Nama Lengkap : Administrator Banyak Pemposan : 164 Sejak : 06.06.09 Lokasi : Jakarta - Bogor Pekerjaan : TI Slogan : Sukses adalah kredit Komentar : Silahkan memposkan pesan
| Subyek: Re: INFO: Hari-Raya Lebaran | 'Iydul Fithri 1 Syawal 1430 H = 20 September 2009 M Wed 16 Sep 2009 - 18:04 | |
| Muhammadiyah Tentukan Lebaran Seperti Menetapkan Shalat
Selasa, 15 September 2009 23:16 WIB
Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin menegaskan bahwa organisasi yang dipimpinnya menentukan Lebaran menggunakan dimensi waktu seperti halnya menetapkan shalat.
"Shalat sudah kita konversikan dalam dimensi waktu sehingga kita tidak menentukan shalat dengan rukyat karena itu Muhammadiyah menentukan awal Idul Fitri dengan konversi itu," katanya di Surabaya, Selasa.
Setelah berbicara dalam pelantikan Pembantu Dekan di Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Surabaya, ia mengatakan, Muhammadiyah menerapkan hisab hakiki wujudul hilal untuk menentukan awal kalender Hijriah.
"Kami memprediksikan awal kalender Hijriah dengan cara eksak sesuai dengan ilmu falak, matematika, dan hukum alam sehingga kami dapat memprediksi awal Idul Fitri untuk 10 tahun, 20 tahun, hingga satu abad ke depan," katanya.
Menurut dia, keyakinan Muhammadiyah itu didasarkan pada pengetahuan sehingga Muhammadiyah dapat juga dikatakan melakukan rukyat dengan pengetahuan, seperti halnya menentukan waktu shalat.
"Dengan cara itu, kami tahun ini memutuskan ijtimak (konjungsi akhir kalender) terjadi pada Sabtu (19/9) dinihari dan ketinggian hilal pada waktu matahari terbenam mencapai 5 derajat sehingga hilal pasti terlihat dan Idul Fitri jatuh pada Minggu (20/9)," katanya.
Ia menyatakan Muhammadiyah meyakini hilal dalam hitungan 2 derajat atau 3 derajat dan bahkan 0 derajat pun dapat diprediksi, apalagi 5 derajat yang tercapai pada tahun ini.
"Dengan hisab hakiki wujudul hilal, kami dapat memutuskan awal kalender hijriah secara eksak. Kalau tidak begitu tentu akan sulit, apalagi sekarang ada climate change (perubahan iklim) yang sangat kompleks," katanya.
Namun, katanya, pihaknya tak mau saling menyalahkan dalam penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri 1430 H itu, karena semuanya sama-sama didasarkan pada keyakinan masing-masing.
"Yang penting, jangan saling menyalahkan, karena mereka yang berlebaran pada 20 September atau 21 September itu sama-sama mendapatkan pahala," katanya.
Pandangan Muhammadiyah itu berbeda dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mendasarkan awal Ramadhan dan Idul Fitri dengan rukyat untuk mengikuti hadits Nabi Muhammad SAW (berpuasa dan berbukalah dengan rukyat).(*)
| |
|